Saya berusaha mendirikan PT Selo Kencono dan memilih bisnis galian tambang, karena latar pendidikan saya adalah ilmu tekhnik pertambangan. Saya mengawali bisnis ini dengan menggunakan tenaga manusia, bukan tenaga mesin, untuk memuat bahan galian ke atas truk. Saya menyadari sepenuhnya bahwa keuntungan dengan memakai tenaga manusia relative lebih rendah dan memerlukan waktu yang lebih lama jika di bandingkan dengan penggunaan mesin. Namun saat itu, saya berpendapat bahwa cara ini akan lebih banyak memberikan kesempatan kerja bagi banyak orang. Selain itu, saya juga mempunyai keterbatasan modal untuk membeli alat-alat dan permesinan.

Sedikit demi sedikit, usaha ini berkembang dan pada tahun 1985, PT Bank Pembangunan Indonesia cabang Semarang telah menyetujui pemberian pinjaman dana sebesar Rp 150 juta dengan anggunan 14 buah sertifikat tanah para petani untuk mengembangkan bisnis saya. Saat itu pun, saya sudah mengantongi izin pertambangan, dan operasi proyek sudah mulai berjalan lancar. Saya berpendapat bahwa dengan pencairan dan pinjaman dari Bapindo maka aktivitas bisnis perusahaan bisa menjadi lebih besar lagi.

Saat itu, saya terus berdoa, berzikir, sholat tahajud dan puasa senin kamis dengan harapan Allah akan memberi kemudahan bagi saya untuk mengembangkan bisnis galian tambang tersebut. Namun ternyata, menjelang hari “H” pencairan kredit, kepala kredit Bapindo Semarang di pindah secara mendadak ke Ambon yang berakibat pembatalan semua rencana pencairan pinjaman. Kejadian ini pada awalnya sangat membuat sedih hati saya.

Ternyata, di balik kegagalan itu semua, terkuak sebuah hikmah yang tak di sangka-sangka. Beberapa tahun kemudian, ekonomi Indonesia mengalami krisis moneter. Rupiah mengalami devaluasi dan bunga bank meroket. Saya akhirnya bersyukur dengan kegagalan pencairan pinjaman Bapindo tersebut. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Bapindo merealisasikan kreditnya, lalu hutang tersebut tidak terbayar dan seluruh tanah petani tersita. Saya akan membuat para petani menjadi lebih miskin dari sebelumnya.Syukur Alhamdulillah di balik kegagalan itu, ada hikmah yang tiada tara dari Allah.

Sambil mengurus bisnis galian tambang dan bekerja di LMN LIPI, akhirnya saya lulus siding sarjana dan dinyatakan sebagai insinyur tambang dengan syarat memperbaiki skripsi saya. Hampir bersamaan dengan saat pelaksanaan sidang sarjana tersebut, saya juga mengikuti seleksi untuk memperoleh beasiswa melanjutkan kuliah di luar negeri. Alhamdulillah, karena kemurahan Allah, saya berhasil lolos seleksi dan di terima untuk melanjutkan studi ke luar negeri dengan beasiswa dari Menristek R.